Sabtu, 11 Februari 2012

FENOMENA MOKSHA (PANCARAN PELANGI)



(THE EPOCH TIMES)

(THE EPOCH TIMES)
(Epochtimes.co.id)
Dari laporan media, pada 30 November 2010, saat penggalian tanah proyek renovasi aula Kuil Lin Qian Yan dari Kabupaten Jiu-hu, dekat Kota Longhai, Distrik Zhangzhou, Provinsi Fujian, Tiongkok, di dalam sebuah guci ditemukan sesosok mayat utuh.
Setelah diinvestigasi, jasad tersebut milik biksuni dari Kuil Lin Qian Yan yang bernama Chen Zhu, dengan nama buddhis Zhu Gu. Ia lahir pada 1906 dan meninggal 32 tahun lalu pada 1978 serta telah dilakukan penguburan di dalam guci. Setelah para pinisepuh kuil mengetahui bahwa selama hidupnya dia selalu berbuat amal, maka mereka memutuskan jasadnya akan disepuh dengan emas, dan akan dibangun sebuah altar dan ruang khusus untuk menghormatinya.


Sejumlah keajaiban yang ditinggalkan para kultivator ketika meninggal, bisa menarik perhatian dan patut menjadi renungan bagi masyarakat. Tubuh Huineng pemimpin generasi ke enam aliran Zen-Tiongkok telah berusia seribu tahun lebih, hingga kini masih utuh duduk tegak di Kuil Nan Hua - Provinsi Guangdong. Tidak hanya itu, di Gunung Jiuhua saja ada 14 sosok jasad yang tidak membusuk. Terdapat  banyak laporan seputar fenomena tersebut dan ini bukan berupa rahasia lagi. Tentu saja, diantaranya juga terdapat penganut agama Buddha awam yang belum diangkat menjadi biksu.
Di dalam praktek pertapaan kaum Buddha Tantrayana Tibet, sang Buddha-hidup yang mendapat pencerahan ketika mencapai Nirvana akan muncul sebuah fenomena seperti “pancaran pelangi”, pemandangan ini sangat aneh, berwarna warni, tubuh Buddha-hidup ini dalam sekejab berubah menjadi seberkas cahaya pelangi dan menghilang.
Pada 1952, kepala eksekutif militer dan politik tertinggi di Tibet, Zhang Guohua, komandan Daerah Militer Tentara Pembebasan Rakyat ke-18 menyaksikan keajaiban ini. Sehari sebelumnya, seorang Buddha-hidup berkata kepada Jenderal Zhang Guohua, esok hari ia akan meninggalkan Tibet. Pada hari berikutnya, Zhang Guohua pergi mengantar.
Sang Buddha-hidup duduk di tengah aula besar, tidak turun menyambut Zhang. Zhang Guohua dan bawahannya duduk menonton dari samping. Ketika seluruh biksu kuil telah hadir dan duduk di sekitar Buddha-hidup. Terlihat Buddha-hidup terangkat dari tempat duduknya, setelah terangkat kemudian jatuh kembali ke tempat semula, ketika terangkat untuk kali ketiga, terdengar suara keras, seperti bunyi guntur yang keras, sang Buddha-hidup tiba-tiba menghilang dan terlihat sebuah awan merah terbang pergi dan tidak meninggalkan bekas.
Bangsa Tibet adalah bangsa yang unik, hampir seluruh rakyatnya menganut Buddhisme. Kepercayaan mereka terhadap Buddha dan hukum Buddha berasal dari budaya bangsa mereka dan pemahaman serta kesaksian di dalam proses iman mereka. Fenomena Pancaran Pelangi adalah fenomena istimewa yang menarik orang-orang di dunia mengeksplorasi hakiki kehidupan, sehingga jiwa manusia yang tersesat di dunia fana ini dari dasar hatinya muncul kerinduan akan hukum Buddha. 
Contoh-contoh serupa ini terdapat pula di berbagai tempat di dunia. Fenomena ini tidak dapat dijelaskan dengan ilmu pengetahuan modern. Ini juga merupakan sebuah kriteria pencapaian buah status yang harus dicapai oleh seorang kultivator. Tentu saja ini hanya sebuah penampakan, seorang kultivator bukan hanya meninggalkan tubuh yang tidak membusuk. Bagaimana mereka dapat melakukan hal ini? Mengapa tubuh mereka dapat mencapai tahapan seperti ini? Apakah jiwa mereka betul-betul seperti yang tercatat di dalam kitab Buddha, telah terlepas dari jalur reinkarnasi dunia fana ini? Jika bukan benar seperti yang dicatat dalam sutera Buddha, bagaimana mereka dapat mencapai taraf seperti ini?
Nampaknya, hukum Buddha mengajarkan orang berbuat kebajikan dan amal, berbelas kasih,  keluar dari siklus hidup dan mati serta benar-benar memiliki makna mendalam ketika kembali ke surga.
Fakta-fakta ini bukanlah hal takhayul. Dari prinsip umum dapat disimpulkan: Para kultivator yang percaya kepada Buddha dan mengikuti serta mengamalkan ajaran sang Buddha,  jiwa mereka terus-menerus mengalami peningkatan, sehingga mereka ketika mencapai Nirvana terlihat sangat tenang dan damai serta dapat meninggalkan fenomena yang ajaib.
Sebaliknya bagi mereka yang menganiaya para kultivator, dosa mereka teramat besar, dan akan menerima akibat buruk yang mengerikan.  (Qing Quan / The Epoch Times / hui) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar